Sabtu, 19 Januari 2013

Puisi Untuknya

Senja

Ketika aku terlelap
Sembaring aku bermimpi
Sunyi senyap kan ku ratapi
Ketika anganpun tak tertapaki
Inilah goresan hidup yang kan kujalani
Berselimut dalam mimpi
Kegagalan yang kujalani harus terhapusi
Membuka kembali lembar-lembar waktu nanti
Waktu ini harus kubalut dengan secercah harap
Yang kan membawaku tuk melangkah
Menggapai banyak senja yang terlewati
Senja.......
Aku hanyalah aku yang takkan redup
Bagai bintang yang akan terus bersinar
Demi tercapainya hasrat dalam hati
Senja........
Kan kulukis sinar di kelopak matamu
Kan kuraih asa demi senyummu
Karena senjaku bagian dari semangatku

Kamis, 10 Januari 2013

Kumpulan Cerpen


Pengagum Bintang

Senja berlalu seiring tenggelamnya sang surya, taburan bintang menghiasi cerahnya langit di malam ini. Hembusan angin menerpa setiap raga, merasuk nadi dan darah yang membeku oleh nuansa dingin. Lembar demi lembar daun berjatuhan membentuk pola hujan menambah indahnya malam oleh sinar remang sang bulan. Di sudut jatuhnya sinar, terlihat rumah yang terbuat dari bambu, sebuah rumah yang dihuni oleh seorang ibu yang bernama ibu Fatimah, dia tinggal bersama putrinya yang bernama bintang, seorang gadis yang diharapkan bisa bersinar layaknya sang bintang. Bintang tidak seperti teman sebanya, dia lebih cenderung berdiam diri di rumah, karena dia merasa malu dilahirkan oleh seorang ibu yang hanya bekerja sebagai tukang sapu di rumah sakit Puspa Sahda yang berada di dekat rumahnya. Luapan hati yang tak terbendung, membawanya pada sebuah keinginan untuk merubah roda kehidupan. Angan yang digulir rasa harap yang tinggi, seakan selalu membayanginya bermimipi untuk terbang tinggi mengepakkan sayap layaknya merpati.
Bintang duduk didepan rumahnya menatap rembulan, berharap mimpinya menjadi kenyataan.”betapa indahnya Bintang langit itu, gemerlap, kosong, seperti tak ada beban yang menyentuhnya”.desah Bintang dalam hatinya. Tetapi Bintang sadar bahwa Allah selalu membimbingnya, di setiap sudut kamar Bintang terasa sunyi, beda halnya ketika Bintang membuka jendela, terlihat ada sosok yang lagi mengintainya dari kejauhan.
***
          Ketika sang mentari mucul, bintang terbangun dari mimpinya. Dia segera bergegas untuk pergi ke sekolah, meskipun dalam benaknya, bintang ingin mengeluh karena merasa tidak pantas satu sekolah dengan teman-teman yang tergolong dari keluarga atas, maklumlah sekolah bintang merupakan sekolah paling elit di daerah tersebut. Tetapi, bagaimanapun bintang harus tetap melangkah karena Bintang mendapatkan beasiswa di Sekolahnya.
          Setelah sampai di depan kelas, ingin sekali bintang menghentikan langkahnya ketika melihat sosok Reysa, yang baginya adalah benalu di sekolah.
“Eh….bintang, ngapain kamu masuk ke kelas ini?”ujar Reysa dengan tatapan sengitnya, tetapi bintang hanya bisa menunduk tanpa berani membela dirinya sendiri.
“ sudahlah reys, jangan ganggu bintang terus,” Bela Rohan teman kelas Bintang, yang setiap harinya merupakan sosok malaikat yang tak pernah lelah membela bintang. Hal ini membuat reysa semakin marah, karena cowok idamannya lebih memilih membela bintang.
“wah…lo Cuma kasian kan han ngeliat si anak tukang sapu ini,” Cetus reysa, seakan matanya sudah seperti api merah yang siap melalap bintang.
“terserah apa katamu.” Tegas rohan. Secercah senyuman tersungging di bibir bintang, ketika rohan cowok paling keren di Sekolahnya membelanya.”hem…..makasih han, lho sosok peneduh dalam badai yang menderaku,”ujar bintang dalam hatinya.
“lho baik-baik aja kan bintang?” sapa rohan, yang tiba-tiba duduk disamping bintang.
“ah….yah,makasih yah dah mau bantuin gua,”Jawab bintang sedikit gerogi.
“no problem, oh iya…..lho mau nggak kerja sama gua?”tanya Rohan.
“emang kerja apaan?”jawab bintang penasaran.
“mudah kok, asalkan lho tururutin apa kata gua pasti bisa dapetin uang yang banyak,”Jawab Rohan sambil tersenyum.
“beneran? Tapi gua masih harus pamit ke Ibu dulu,”Pekik Bintang
“okey degh baby, temui aku nanti malem di depan gang rumah lho,jangan pakai kerudung,ngerti?”jawab Rohan sambil melangkah meninggalkan Bintang.
***
Dengan keresahan hati yang mengusiknya, Bintang tidak sabar untuk bertemu Rohan. “betapa cantiknya gua kalau nggak pakai kerudung?” gumam Bintang dalam hatinya ketika melihat wajahnya didepan cermin. Ketika Bintang melangkah keluar rumah, tiba-tiba dia menemukan sepucuk surat dan setangkai bunga mawar, dengan sedikit kaget dan penasaran, lalu Bintang membuka surat itu

To; bintang

Wahai ukhti yang lembut hatinya,betapa indahnya sosok wanita yang setiap senja datang selalu mengusik peringai dalam hatiku. Balutan kain panjang yang tak pernah kau lepas,menambah keindahan senja di sore ini. Maafkan saya yang terlalu lancang mengamati ukhti semenjak sebulan yang lalu, tetapi izinkan saya meskipun hanya sekedar mengagumi dibalik jendela.
                                                                            
Salam
                                                                   Pengagum Bintang
Bintang tersenyum membaca surat itu, tetapi dia penasaran dari mana sebenarnya surat yang barusan membuat hatinya sedikit bergetar.”siapakah pengirim surat ini? Benarkah masih ada orang yang mengagumiku,meskipun dengan segala keterbatasanku,”gumam Bintang dalam hatinya. kemudian, langkah Bintang terhenti untuk pergi meninggalkan rumah, entah apa yang terjadi hatinya merasa resah setelah membaca surat itu.
“han, sorry yah gua nggak jadi yang mau kerja sama lho,”kata Bintang waktu menelpon Rohan.
“tetapi kenapa?”tanya Rohan agak marah. Kemudian Bintang menutup teleponnya.
***
Langit cerah membuat suasana kamar Bintang semakin terang, dengan tergesah-gesah Bintang membuka jendela dan melihat sosok laki-laki di seberang jendela, matanya sayu, wajah sedunya menutupi desiran angin yang menyelimuti tubuh bintang.”benarkah dia pengirim surat yang tadi?”. Gumamnya dalam hati. Ingin sekali mata Bintang berpaling dari cowok diseberang jendela itu, tetapi pada saat mata kedua insan ini bertemu, sepertinya sulit rasanya Bintang berpaling dari sorot mata yang membawa kedamaian. Terlalu lama Bintang asyk berpadu senyuman dengan cowok diseberang jendela itu, akhirnya bintang menutup jendela yang mempertemukan dua hati dalam rima yang meramaikan kekosongan hatinya.
***
Hari demi hari berlalu sepertinya ada benih-benih cinta yang mengusik hati Bintang, perasaanya saat ini hanya membawanya dalam keterpurukan, sosok cowok diseberang jendela itu benar-benar membuat pikirannya kacau. Disatu sisi Bintang merasa terganggu karena cowok itu membuat konsentrasinya menghadapi UN terganggu, tetapi disisi lain hatinya merasa nyaman ketika sorot mata mereka bertemu. “aku tidak bisa seperti ini terus, tak layak seorang hamba menduakan tuhannya, hatiku hanya tertuju padanya,” Kata Bintang seraya mengusap dadanya. Keesokan harinya, Bintang bertekad untuk mencari tahu sosok yang telah mengusiknya akhir-akhir ini, Bintang berusaha mencari identitas cowok itu melalui kak Maya tetangga Bintang yang rumahnya berada disebelah rumah si cowok itu.
“assalamualaikum,”Sapa bintang ketika kak Maya membukakan pintu untuknya.
“waalaikumsalam,ada apa dik tumben main kerumah kakak?”jawab kak Maya, sambil lalu mengajak Bintang duduk.
“hehehe….maaf  kak, Bintang akhir-akhir ini banyak tugas, apalagi UN sudah dekat, jadi harus lebih banyak meluangkan waktu untuk belajar,” Jawab Bintang sekenaknya.
“iya dik, ngomong-ngomong ada keperluan toh?” tanya kak Maya.
“Hem….maaf ya kak, Bintang ingin menanyakan cowok yang tinggal disebelah rumah kakak, karena akhir-akhir ini Bintang sedikit terusik dengannya,” kata Bintang,sambil lalu menceritkan apa yang telah terjadi padanya.
“Ehm….cowok yang kamu maksud itu mungkin Bang Andi, pindahan dari Jakarta. Dia disini tinggal bersama ibunya, Bang Andi merupakan Mahasiswa Universitas Indonesia yang berhenti gara-gara putus asa waktu mengalami kecelakaan, dan alhasil dokter memfonisnya tidak bisa berjalan lagi,” Jawab kak Maya seadanya.
“hem…terimakasih atas infonya kak,” Jawab Bintang sedikit sedih mendengar cerita kak maya.
“iya dik sama-sama,”jawab kak Maya, sambil lalu mengantarkan Bintang pulang sampai ke depan pintu
***
Sesampainya di rumah, Bintang menemukan sepucuk surat yang berada didepan pintu,dengan sedikit keresahan yang mengusiknya sambil lalu Bintang membaca surat itu
To:Bintang
Mungkin angin malam telah memadukan rasaku padamu, tetapi jika ukhti tidak senang dengan kehadiran saya, saya minta maaf. Berharap setiap ungkapan bisa terbalaskan, saya juga ingin ukhti bisa membalas keresahan yang saya alami.
                                                                             Salam
                                                                   Pengagum Bintang
Bintang benar-benar merasa gelisah, dengan sedikit keraguan, Bintang ingin mengungkapkan semua yang dia rasakan akhir-akhir ini.

To: Kang Andi
Saya minta maaf…..jika saya harus jujur, ketika pertama kali anda datang mengirimkan surat kepada saya, ada sedikit ketentraman dalam hati saya. Tetapi, secara jujur tatapan anda membuat saya terganggu. Saya mohon agar anda berhenti untuk mengusik hati saya.
Salam
                                                                             Bintang
Bintang berharap teguran pertamanya melalui surat yang dikirimkan lewat kak Maya bisa membuat kang Andi berhenti menatapnya lagi. Akan tetapi, setiap Bintang ingin membuka jendela, sosok itu tetap ada dan membuatnya benar-benar merasa terganggu. meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya pernah berlabuh pada hati cowok yang telah mengusik ketenangannya itu. Dengan berat hati, Bintang bermaksud akan menemui Andi secara langsung, karena dia tidak mau hatinya ternoda karena dia merasa masih belum saatnya menaruh hati pada lawan jenisnya.
***
Dengan banyak pertimbangan, akhirnya Bintang mengambil keputusan untuk menemui Andi. Kaki Bintang terasa berat ketika ibu andi menyuruhnya duduk.
“hem….sepertinya neng bukan teman kuliahnya Andi?”tanya Ibu andi
“Oh…anu buk, saya Bintang tetangga sebelah ingin bertemu Bang Andi,”ujar Bintang.
“sebentar neng…Ibu masih mau memanggil Andi,”jawab Ibu Andi.
Kemudian setelah bayang Ibu Andi tak terlihat lagi, sosok laki-laki yang tak  asing lagi buat Bintang tiba-tiba muncul dibelakngnya.



“ada apa dik?”tegur Bang Andi pada Bintang
“ah…eh….oh….anu Bang, Bintang mau bicara sama abang,”jawab Bintang tertegun melihat kondisi Andi yang ternyata kedua kakinya di amputasi, Bintang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“kenapa dik?tidak perlu merasa kasihan, saya sudah terbyasa dengan kondisi seperti ini,”jawab Andi sambil menyunggingkan senyumnya.
“oh… nggak apa-apa, maksud dari kedatangan Bintang saat ini……,”Bintang ingin menjelaskan maksudnya,tetapi andi langsung memotong penjelasan Bintang.
“tidak usah diteruskan dik,abang tahu kalau adik tidak suka dengan abang, maaf jika abang sudah lancang menatap adik seperti itu,”ujar Andi dengan muka tertunduk.
“hem….sesungguhnya alangkah senangnya hati ini ketika getar rasa itu datang,akan tetapi tuhan tak mengijikan hati ini singgah pada hati lain,karena masih bukan saatnya,”jawab Bintang dengan nada terenga-engah.
“semoga tuhan memberikan adik keberkahan di balik surganya,abang hanya ingin adik menganggap akang sebagai teman yang baru datang dan menantikan sebuah sambutan,”.tutur Andi.
“iya bang, biarkan hati ini berjalan pada tempat yang tepat, terima kasih atas pengertiannya, Bintang pamit pulang dulu,”Bintang melangkah pergi meninggalkan Andi. Setelah itu hari-hari bintang kembali lagi seperti dahulu,tanpa ada hati lain yang mengusik ketenangannya.

         Selesai
***







Kumpulan Cerpen


Sang Malaikat dari Tuhan

Hanya embun yang boleh membasahi daun dipagi hari, hanya awan yang boleh berpadu dengan langit, hanya bintang yang boleh menghias langit dimalam hari, dan hanya ada aku yang boleh bernada dalam nuansa yang bergeming membawa mimpi. Petikan gitar membuat kesunyian di komplek perumahan ini pecah, ada malam, ada lagu, dan ada aku. Begitulah perjalananku demi mendapatkan sesuap nasi. Aku bukan pengemis, bukan pula penjilat, aku hanyalah seorang pengamen jalanan yang bangga dengan gitar rongsokanku, dan dengan topi yang setiap langkahku selalu menemani. Setiap malam aku seperti kucing, yang mengembara dari satu rumah ke rumah lain. Tetapi aku tetap bangga dengan diriku, karena aku masih bisa bisa bersekolah meskipun di setiap nadiku hanya bergulir lagu-lagu. Terkadang ada hinaan, ada juga kekerasan, tetapi aku akan tetap bertahan. Badanku telah  terbiasa dengan kerasnya angin di malam-malamku. Badai saja mampu kulalui, apalagi hanya segelintir manusia yang terlalu sombong dengan dunianya.
***
            Keramaian saja tak mampu membuatku tertunduk malu, apalagi hanya cemohan dari teman-teman sekolahku yang hanya memandangku sebelah mata. Tak peduli apa kata mereka, aku ya aku…..begitulah prinsip yang kujalani. Aku sudah terbiasa dipanggil Anif si anak jalanan, “wah……namaku semakin popular saja,” begitulah gumamku setiap harinya. Tetapi, entah apa yang terjadi, hari-hariku semakin berubah ketika ada murid baru di Sekolah, disetiap pancaran sinar matanya mampu menerangi hatiku yang sempat tertutup oleh angin malam. “Farda” begitulah teman-temanku memanggilnya. Betapa indahnya setiap kali aku berpapasan dengannya, sungguh kedamaian itu mulai terasa ketika aku mendapatinya sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran didalam Mushalla.
“wow….betapa merdunya suara itu?” begitulah yang aku katakan setiap kali aku memperhatikannya dari kejauhan. Sedangkan aku sudah begitu lama tidak mengenal tuhan, entah kenapa sepertinya sosok Farda membuat hatiku bergetar, setiap kali dia mengaji. “inikah petunjukmu tuhan…..kau kirimkan malaikat untukku” waduh….aku semakin kebingungan dengan apa yang ada sekarang. Ingin sekali rasanya aku mengungkapkan apa yang telah kurasakan saat ini, tetapi pantaskah anak jalanan sepertiku bisa mencintai seorang hawa yang begitu indah peringainya.
***
            Siang telah berlalu, dimana aktivitasku akan kujalani. Dengan langkah yang pasti aku menuju sebuah rumah yang terlihat sangat sederhana, entah kenapa langkahku ragu untuk mendatangi rumah itu.  Sepertinya  aku merasakan nuansa lain dalam hatiku. “ Tetapi aku harus bisa”, kataku dalam hati. Dengan petikan gitar dan kepiawaianku dalam bernyanyi sungguh terbukti kehebatannya, ketika seorang gadis keluar dengan balutan busana muslimnya
“suaramu bagus”, sapanya padaku. Hati ini tersentak, badanku terasa kaku, ini kali pertamanya Farda menyapaku.
“ iya terima kasih…”, ku balas dengan senyum terindahku.
“ namaku Farda”, katanya lagi.
“ aku Anif, disini rumahmu?” tanpa ragu lagi aku segera membalas pertanyaanya.
“ iya, aku senang bisa melihatmu malam ini”, jawab Farda dengan menyunggingkan senyum manisnya.
“ kenapa?” jawabku.
“ tidak apa-apa”, sambil melangkah pergi.
“ benar-benar wanita penuh misteri”, gumamku dalam hati.
            Malam ini membuatku seperti pangeran yang telah menemukan Cindrella. Benar-benar malam keberuntungan buatku. “Benarkah Farda juga merasakan seperti apa yang aku rasakan” keresahan itulah yang selalu membuntutiku. Tetesan hujan membuatku semakin asik dengan lamunanku, kini bukan hanya petikan gitarku yang mampu meramaikan hati orang, tetapi nada-nada cinta telah ber irama indah dalam hatiku. Aku ingin segera pulang, ketika badanku terasa penat, aku terus melangkah melewati lorong-lorong yang semakin sepi. Tetapi hatiku terasa terusik ketika aku melihat rumah Allah, ingin sekali rasanya aku mencuci wajah disana. Kerinduanku akan tuhan semakin besar, aku semakin sadar bahwa Farda telah mengubah hidupku “ mungkin dia benar-benar malaikat yang dikirim tuhan untukku” kataku dalam hati. Sajadah yang kujadikan sebagai alas, menjadi saksi malam ini.  Aku benar-benar merasa tentram, keresahan yang selama ini kujalani terasa hilang.

***
            Seandainya aku bisa, akan kuungkapkan segala rasa yang telah ada. Bukan aku tak mau, bukan pula aku tak mampu, tetapi aku benar-benar tak bisa menerima kenyataan kalau Farda sebenarnya tak punya rasa yang sama denganku. Aku hanya kasihan pada hatiku, bukan karena rasa Maluku, tetapi aku tak tau harus bagaimana. Mungin rasaku kan kuungkapkan dengan sebuah lagu, semoga saja dia mengerti. Dengan susah payah aku berusaha membuat sebuah puisi yang kan ku aransemen menjadi sebuah lagu yang indah.



Nada-nada cinta
Saat hati mulai menjerit menyebut namanya
Mulutpun tak kuasa mengumandangkan selain itu
Yang bisa kulakukan hanya mengeluarkan air mata
Berharap setiap tetes bisa mencairkan hati esnya
        Entah penting atau tidak
        Andainya dia tahu
        Bahwa hatiku,
Sangat menginginkannya
Hanya embun yang boleh membasahi daun di pagi hari
Hanya awan yang boleh berpadu dengan langit
Dan hanya bintang yang boleh menghias langit dimalam hari
        Dia boleh tertawa disana
Sedang mataku lebam disini
Karena cinta tak butuh rumus
Tak penting tuk dihitung
Bukan sekarang, tapi nanti
Kuharap dia akan jadi orang
Yang kulihat pertama kali
Ketika terbit dan terbenamya matahari
Dengan rangkul dan peluk hangatnya
Disuatu rumah penuh kedamaian
Kita dan anak- anak kita
            Begitulah syair lagu yang kan mewakili perasaanku “Farda harus tahu bagaimana gejolak dalam hatiku,” begitulah tekadku. Kemudian, dengan keraguan yang menyelimuti, aku memberanikan diri untuk memberikan lagu ini padanya
  hem….,” tegurku pada Farda.
“ hey….anif, ada apa? Tumben ada di Mushalla….”, jawab Farda
“ tidak…..Cuma lagi iseng saja”
“ohw …. Tak kirain mau nemenin Farda bersihin Mushalla, he he he”, Farda tertawa lepas.
“ Farda…..aku boleh ngasih sesuatu?”
“ apaan tuh ?” jawab Farda, lalu aku memberikannya sebuah kertas yang sudah kulipat dengan rapi.
“ini lagu karanganku…..semoga saja kamu senang membacanya, lain kali akan kunyayikan lagu ini buatmu”,
“wow….hebat”, sahut Farda sambil tersenyum.
            Kemudian aku melangkah pergi, kakiku terasa ringan, hatiku sedikit tentram, “semoga saja Farda bisa membalas rasaku padanya”, begitulah bait-bait harapku dalam satu hari ini. Entah apa yang terjadi, setelah aku memberikan surat itu, aku tak pernah lagi melihat Farda di sekolah. Sempat kupertanyakan pada teman-temannya, tetapi tak seorangpun memberikan keterangan yang jelas. Hari-hariku benar kacau, “benarkah tuhan telah mengambil malaikatku lagi? Ataukah Farda malu setelah membaca surat dariku karena dia malu dicintai oleh seorang pria sepertiku”, pikiranku semakin kacau. Hari-hariku terasa sepi tanpanya, tak ada lagi nada-nada cinta, tak ada lagi lantunan ayat suci, dan tak ada lagi secercah senyuman yang mampu mengalihkan duniaku.


***


www.PuspitaSenja.com

Rabu, 09 Januari 2013

Contoh Esay


Warnet Tidak Digunakan Sebagaimana Fungsinya

            Zaman sekarang semuanya serba canggih, kita dituntut serba cepat dalam menerima informasi dan menggunakan teknologi. Salah satunya yaitu penggunaan internet. Penggunaan internet yang menjamur menyebabkan banyak orang berpikir untuk mendirikan warnet (warung internet). Warnet merupakan  salah satu tempat yang dijadikan sebagai usaha untuk menyewakan  jasa internet kepada khalayak umum.
Salah satu bisnis yang booming saat ini adalah warung internet (warnet) dan game playstation. Menjamur di sudut kota,  ada di setiap komplek ruko, hingga masuk ke kawasan perumahan. Internet semakin mudah diakses dan semakin murah. Pilihan konten internet juga semakin bervariasi. Saat ini hampir di setiap warnet juga menyediakan game online. Jika dulu room- room di warnet kebanyakan diisi oleh pengguna dewasa, saat ini anak dan remaja, banyak yang menyerbu masuk warnet.

            Banyaknya anak dan remaja masuk ke bilik-bilik warnet menjadi fenomena baru di dalam dunia anak kita. Mereka hidup dalam generasi Information Technology (IT).  Permainannya mengikuti modernisasi zaman di era IT ini yang ditandai dengan kemudahan mengkases internet. Orang dewasa dan anak dan remaja berbaur di sana. Kemudian lalu sibuk  di dunia maya dan permainan virtual masing-masing hingga berjam-jam lamanya

            Banyak anak dan remaja menghabiskan waktu dan uang di warnet hingga berjam-jam lamanya.  Mereka tidak betah tinggal lagi di rumah. Lupa membuat tugas sekolah (PR). Bahkan beberapa yang kecanduan, ada yang sampai larut malam, malas pulang. Ada yang sampai berhenti sekolah. Bagi anak yang masih penurut dan patuh sama orangtua, mereka masih bisa diarahkan. Tahu diri dengan kewajiban sebagai anak yang harus menghormati orangtua. Celakanya, ada anak dan remaja yang sudah berani melawan sama orangtua. Kecanduan terhadap permainannya  membuat lupa diri. Keadaan ini diperparah kalau orangtua kurang peduli atau tidak bisa mendidik anaknya.

            Selain berpengaruh pada prestasi dan kelanjutan pendidikan anak, dampak lain dari kecanduan game online tersebut adalah munculnya kejahatan atau aksi kriminal yang dilakukan oleh anak dan remaja. Pertama karena terdesak kebutuhan uang untuk terus bermain di warnet. Kedua, permainannya yang penuh aksi dan tantangan yang secara tidak sengaja mengajarkan anak pandai menirunya.

            Saat orangtua tidak mau memberi uang maka di saat tersebut timbul niat jahat untuk mencuri. Biasanya dilakukan tidak sendiri, tetapi mengajak anak lain yang juga tidak punya uang. Mereka membentuk kelompok atau komunitas sendiri. Sasarannya macam-macam, ada yang mencuri sepeda motor, helm, tabung gas, kios pulsa, sampai kepada ikan lele milik pedagang di pasar. Pokoknya apa yang bisa dijadikan duit agar bisa ke warnet lagi. Beberapa kasus pencurian yang dilakukan anak di Kepri  dilatarbelakangi oleh kedua hal tersebut.

            Tidak saja pencurian, kasus pencabulan dengan korban dan pelaku anak juga meningkat seiring dengan kemudahan mengakses internet. Ini disebabkan situs-situs porno yang masih bisa diakses tanpa belum ada pemblokiran. Remaja mudah tergoda dan mempraktekkannya. Salah satu kasus misalnya, operator warnet yang masih remaja beberapa kali mencabuli pacarnya yang masih pelajar di salah satu bilik warnetnya beberapa waktu lalu di Batam.

            Saat anak-anak yang berbuat kriminal ditangkap, orangtua mulai bingung dan mencari siapa yang salah. Apakah dia yang tidak pandai mendidik anak atau memang pengaruh lingkungan sangat luar biasa saat ini kepada sianak. Salah satu tudingan dialamatkan kepada pemilik warnet. Mereka menilai kehadiran warnet tersebut memberikan dampak negatif pada anak. Sampai-sampai belakangan yang sering terdengar adalah suara untuk meminta pemerintah membuat Perda soal warnet.