Pengagum
Bintang
Senja berlalu seiring
tenggelamnya sang surya, taburan bintang menghiasi cerahnya langit di malam
ini. Hembusan angin menerpa setiap raga, merasuk nadi dan darah yang membeku
oleh nuansa dingin. Lembar demi lembar daun berjatuhan membentuk pola hujan
menambah indahnya malam oleh sinar remang sang bulan. Di sudut jatuhnya sinar,
terlihat rumah yang terbuat dari bambu, sebuah rumah yang dihuni oleh seorang
ibu yang bernama ibu Fatimah, dia tinggal bersama putrinya yang bernama bintang,
seorang gadis yang diharapkan bisa bersinar layaknya sang bintang. Bintang
tidak seperti teman sebanya, dia lebih cenderung berdiam diri di rumah, karena
dia merasa malu dilahirkan oleh seorang ibu yang hanya bekerja sebagai tukang
sapu di rumah sakit Puspa Sahda yang berada di dekat rumahnya. Luapan hati yang
tak terbendung, membawanya pada sebuah keinginan untuk merubah roda kehidupan.
Angan yang digulir rasa harap yang tinggi, seakan selalu membayanginya
bermimipi untuk terbang tinggi mengepakkan sayap layaknya merpati.
Bintang duduk didepan rumahnya menatap
rembulan, berharap mimpinya menjadi kenyataan.”betapa indahnya Bintang langit
itu, gemerlap, kosong, seperti tak ada beban yang menyentuhnya”.desah Bintang
dalam hatinya. Tetapi Bintang sadar bahwa Allah selalu membimbingnya, di setiap
sudut kamar Bintang terasa sunyi, beda halnya ketika Bintang membuka jendela,
terlihat ada sosok yang lagi mengintainya dari kejauhan.
***
Ketika
sang mentari mucul, bintang terbangun dari mimpinya. Dia segera bergegas untuk
pergi ke sekolah, meskipun dalam benaknya, bintang ingin mengeluh karena merasa
tidak pantas satu sekolah dengan teman-teman yang tergolong dari keluarga atas,
maklumlah sekolah bintang merupakan sekolah paling elit di daerah tersebut.
Tetapi, bagaimanapun bintang harus tetap melangkah karena Bintang mendapatkan
beasiswa di Sekolahnya.
Setelah
sampai di depan kelas, ingin sekali bintang menghentikan langkahnya ketika
melihat sosok Reysa, yang baginya adalah benalu di sekolah.
“Eh….bintang, ngapain kamu masuk ke
kelas ini?”ujar Reysa dengan tatapan sengitnya, tetapi bintang hanya bisa
menunduk tanpa berani membela dirinya sendiri.
“ sudahlah reys, jangan ganggu bintang
terus,” Bela Rohan teman kelas Bintang, yang setiap harinya merupakan sosok malaikat
yang tak pernah lelah membela bintang. Hal ini membuat reysa semakin marah,
karena cowok idamannya lebih memilih membela bintang.
“wah…lo Cuma kasian kan han ngeliat si
anak tukang sapu ini,” Cetus reysa, seakan matanya sudah seperti api merah yang
siap melalap bintang.
“terserah apa katamu.” Tegas rohan.
Secercah senyuman tersungging di bibir bintang, ketika rohan cowok paling keren
di Sekolahnya membelanya.”hem…..makasih han, lho sosok peneduh dalam badai yang
menderaku,”ujar bintang dalam hatinya.
“lho baik-baik aja kan bintang?” sapa
rohan, yang tiba-tiba duduk disamping bintang.
“ah….yah,makasih yah dah mau bantuin
gua,”Jawab bintang sedikit gerogi.
“no problem, oh iya…..lho mau nggak
kerja sama gua?”tanya Rohan.
“emang kerja apaan?”jawab bintang
penasaran.
“mudah kok, asalkan lho tururutin apa
kata gua pasti bisa dapetin uang yang banyak,”Jawab Rohan sambil tersenyum.
“beneran? Tapi gua masih harus pamit ke
Ibu dulu,”Pekik Bintang
“okey degh baby, temui aku nanti malem
di depan gang rumah lho,jangan pakai kerudung,ngerti?”jawab Rohan sambil
melangkah meninggalkan Bintang.
***
Dengan keresahan hati
yang mengusiknya, Bintang tidak sabar untuk bertemu Rohan. “betapa cantiknya
gua kalau nggak pakai kerudung?” gumam Bintang dalam hatinya ketika melihat
wajahnya didepan cermin. Ketika Bintang melangkah keluar rumah, tiba-tiba dia
menemukan sepucuk surat dan setangkai bunga mawar, dengan sedikit kaget dan
penasaran, lalu Bintang membuka surat itu
To;
bintang
Wahai ukhti yang
lembut hatinya,betapa indahnya sosok wanita yang setiap senja datang selalu
mengusik peringai dalam hatiku. Balutan kain panjang yang tak pernah kau
lepas,menambah keindahan senja di sore ini. Maafkan saya yang terlalu lancang
mengamati ukhti semenjak sebulan yang lalu, tetapi izinkan saya meskipun hanya
sekedar mengagumi dibalik jendela.
Salam
Pengagum
Bintang
Bintang tersenyum
membaca surat itu, tetapi dia penasaran dari mana sebenarnya surat yang barusan
membuat hatinya sedikit bergetar.”siapakah pengirim surat ini? Benarkah masih
ada orang yang mengagumiku,meskipun dengan segala keterbatasanku,”gumam Bintang
dalam hatinya. kemudian, langkah Bintang terhenti untuk pergi meninggalkan
rumah, entah apa yang terjadi hatinya merasa resah setelah membaca surat itu.
“han, sorry yah gua nggak jadi yang mau
kerja sama lho,”kata Bintang waktu menelpon Rohan.
“tetapi kenapa?”tanya Rohan agak marah.
Kemudian Bintang menutup teleponnya.
***
Langit cerah membuat
suasana kamar Bintang semakin terang, dengan tergesah-gesah Bintang membuka
jendela dan melihat sosok laki-laki di seberang jendela, matanya sayu, wajah
sedunya menutupi desiran angin yang menyelimuti tubuh bintang.”benarkah dia
pengirim surat yang tadi?”. Gumamnya dalam hati. Ingin sekali mata Bintang
berpaling dari cowok diseberang jendela itu, tetapi pada saat mata kedua insan
ini bertemu, sepertinya sulit rasanya Bintang berpaling dari sorot mata yang
membawa kedamaian. Terlalu lama Bintang asyk berpadu senyuman dengan cowok
diseberang jendela itu, akhirnya bintang menutup jendela yang mempertemukan dua
hati dalam rima yang meramaikan kekosongan hatinya.
***
Hari demi hari berlalu sepertinya ada
benih-benih cinta yang mengusik hati Bintang, perasaanya saat ini hanya
membawanya dalam keterpurukan, sosok cowok diseberang jendela itu benar-benar
membuat pikirannya kacau. Disatu sisi Bintang merasa terganggu karena cowok itu
membuat konsentrasinya menghadapi UN terganggu, tetapi disisi lain hatinya
merasa nyaman ketika sorot mata mereka bertemu. “aku tidak bisa seperti ini
terus, tak layak seorang hamba menduakan tuhannya, hatiku hanya tertuju
padanya,” Kata Bintang seraya mengusap dadanya. Keesokan harinya, Bintang
bertekad untuk mencari tahu sosok yang telah mengusiknya akhir-akhir ini,
Bintang berusaha mencari identitas cowok itu melalui kak Maya tetangga Bintang
yang rumahnya berada disebelah rumah si cowok itu.
“assalamualaikum,”Sapa bintang ketika
kak Maya membukakan pintu untuknya.
“waalaikumsalam,ada apa dik tumben main
kerumah kakak?”jawab kak Maya, sambil lalu mengajak Bintang duduk.
“hehehe….maaf kak, Bintang akhir-akhir ini banyak tugas,
apalagi UN sudah dekat, jadi harus lebih banyak meluangkan waktu untuk belajar,”
Jawab Bintang sekenaknya.
“iya dik, ngomong-ngomong ada keperluan
toh?” tanya kak Maya.
“Hem….maaf ya kak, Bintang ingin
menanyakan cowok yang tinggal disebelah rumah kakak, karena akhir-akhir ini
Bintang sedikit terusik dengannya,” kata Bintang,sambil lalu menceritkan apa
yang telah terjadi padanya.
“Ehm….cowok yang kamu maksud itu mungkin
Bang Andi, pindahan dari Jakarta. Dia disini tinggal bersama ibunya, Bang Andi
merupakan Mahasiswa Universitas Indonesia yang berhenti gara-gara putus asa
waktu mengalami kecelakaan, dan alhasil dokter memfonisnya tidak bisa berjalan
lagi,” Jawab kak Maya seadanya.
“hem…terimakasih atas infonya kak,”
Jawab Bintang sedikit sedih mendengar cerita kak maya.
“iya dik sama-sama,”jawab kak Maya,
sambil lalu mengantarkan Bintang pulang sampai ke depan pintu
***
Sesampainya di rumah, Bintang
menemukan sepucuk surat yang berada didepan pintu,dengan sedikit keresahan yang
mengusiknya sambil lalu Bintang membaca surat itu
To:Bintang
Mungkin angin malam telah memadukan
rasaku padamu, tetapi jika ukhti tidak senang dengan kehadiran saya, saya minta
maaf. Berharap setiap ungkapan bisa terbalaskan, saya juga ingin ukhti bisa
membalas keresahan yang saya alami.
Salam
Pengagum
Bintang
Bintang benar-benar
merasa gelisah, dengan sedikit keraguan, Bintang ingin mengungkapkan semua yang
dia rasakan akhir-akhir ini.
To:
Kang Andi
Saya minta maaf…..jika saya harus
jujur, ketika pertama kali anda datang mengirimkan surat kepada saya, ada
sedikit ketentraman dalam hati saya. Tetapi, secara jujur tatapan anda membuat
saya terganggu. Saya mohon agar anda berhenti untuk mengusik hati saya.
Salam
Bintang
Bintang berharap
teguran pertamanya melalui surat yang dikirimkan lewat kak Maya bisa membuat
kang Andi berhenti menatapnya lagi. Akan tetapi, setiap Bintang ingin membuka
jendela, sosok itu tetap ada dan membuatnya benar-benar merasa terganggu.
meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya pernah berlabuh pada hati cowok
yang telah mengusik ketenangannya itu. Dengan berat hati, Bintang bermaksud
akan menemui Andi secara langsung, karena dia tidak mau hatinya ternoda karena
dia merasa masih belum saatnya menaruh hati pada lawan jenisnya.
***
Dengan banyak
pertimbangan, akhirnya Bintang mengambil keputusan untuk menemui Andi. Kaki Bintang
terasa berat ketika ibu andi menyuruhnya duduk.
“hem….sepertinya neng bukan teman
kuliahnya Andi?”tanya Ibu andi
“Oh…anu buk, saya Bintang tetangga sebelah
ingin bertemu Bang Andi,”ujar Bintang.
“sebentar neng…Ibu masih mau memanggil
Andi,”jawab Ibu Andi.
Kemudian setelah bayang Ibu Andi tak
terlihat lagi, sosok laki-laki yang tak
asing lagi buat Bintang tiba-tiba muncul dibelakngnya.
“ada apa dik?”tegur Bang Andi pada
Bintang
“ah…eh….oh….anu Bang, Bintang mau bicara
sama abang,”jawab Bintang tertegun melihat kondisi Andi yang ternyata kedua
kakinya di amputasi, Bintang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“kenapa dik?tidak perlu merasa kasihan,
saya sudah terbyasa dengan kondisi seperti ini,”jawab Andi sambil
menyunggingkan senyumnya.
“oh… nggak apa-apa, maksud dari kedatangan
Bintang saat ini……,”Bintang ingin menjelaskan maksudnya,tetapi andi langsung
memotong penjelasan Bintang.
“tidak usah diteruskan dik,abang tahu
kalau adik tidak suka dengan abang, maaf jika abang sudah lancang menatap adik
seperti itu,”ujar Andi dengan muka tertunduk.
“hem….sesungguhnya alangkah senangnya
hati ini ketika getar rasa itu datang,akan tetapi tuhan tak mengijikan hati ini
singgah pada hati lain,karena masih bukan saatnya,”jawab Bintang dengan nada
terenga-engah.
“semoga tuhan memberikan adik keberkahan
di balik surganya,abang hanya ingin adik menganggap akang sebagai teman yang
baru datang dan menantikan sebuah sambutan,”.tutur Andi.
“iya bang, biarkan hati ini berjalan
pada tempat yang tepat, terima kasih atas pengertiannya, Bintang pamit pulang
dulu,”Bintang melangkah pergi meninggalkan Andi. Setelah itu hari-hari bintang
kembali lagi seperti dahulu,tanpa ada hati lain yang mengusik ketenangannya.
Selesai
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar